Selasa, 10 April 2018

12 Pertanyaan Seputar Usaha




1.     Apa masalah yang dihadapi?
Jawab: bagi petani khususnya daerah yang agak jauh dari air yang biasanya menggunakan lahan untuk menanam jenis ketela pohon atau yang lebih mudah disebut singkong. Ketela pohon merupakan jenis tanaman umbi yang sangat mudah dibudidayakan dan tidak perlu perawatan khusus. Tanaman ini dapat berumur hingga 2 tahun atau 4 musim. Di beberapa daerah banyak di budidayakan dengan sistem tumpang sari antara jagung ketela pohon, padi gogo dengan ketela pohon, tanaman empon-empon (jahe, kencur dsb) dengan ketela pohon. Hal ini lah yang menjadi dorongan masyarakat untuk menanam tanaman tersebut. Namun lambat laun harga juah umbi ketela pohon semakin menurun hanya sekitar Rp. 1.500-2000 per kg. Masalah ini yang menjadi trauma bagi para petani untuk menanam ketela pohon yang produktifitasnya sangat tinggi di daerah tegalan/kebun namun harga jual umbinya sangat murah. Sedangkan untuk dibuat olahan untuk daerah pedesaan belum mengetahui cara membuat olahan yang diminati oleh orang-orang sekitar, sehingga menjadi pembatas pemasaranya.

2.      Siapa yang bermasalah?
Jawab: petani pedesaan yang menanam ketela pohon

3.      Apakah solusinya?
Jawab: produk hasil panen ketela pohon tidak di jual mentah secara langsung. Harus ada olahan yang mampu memikat atau disukai para pembeli. Sehingga diharapkan memperoleh pendapatan yang lebih dan mampu mengangkat ekonominya. Salah satu olahanya adalah makanan ringan srawut. Srawut atau yang dikenal dengan serawut ini adalah makanan ringan yang sangat mengenyangkan karena oalahn asli dari ketela pohon yang masih segar. Srawut bisas dijadikan makanan alternatif pengganti sarapan atau makan siang karena kandungan karbohidratnya yang sangat tinggi.

4.      Bagaimana keadaan pasar/pemasaranya?
Jawab: dikalangan mahsiswa atau warga sekitar universitas trunojoyo madura sangat jarang mengenal makanan jenis ini. Sehingga bisa dikatakan hal baru bagi mereka. utuk pemasran karena suatu hal baru dan dapat digunakan sebagai makan alternatif pengganti makan cukup mudah. Berdasarkan hasil pengamatan, masih belum ada yang menjual produk tersebut sehingga dapat dikatakan tidak ada pesaing sejenis hanya saja untuk jenis makan ringan lainya sudah banyak. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan seiring berjalanya waktu pasti ada pesaingnya.

5.      Faktor luar apa saja yang mempengaruhi bisnis tersebut?
Jawab: faktor luar yang berpengaruh diantaranya persaingan pasar, penyesuaian harga dengan konsumen yang ditargetkan, kritikan baik dari orang sekitar maupun konsumen dan khusunya pesaing. Selain itu juga kerjasama tim, keikhlasan anggota dalam tim.

6.      Kenapa orang harus memilih produk tersebut?
Jawab: pertama orang harus memilih produk ini karena makanan ini hanya makan  sampingan atau makann camilan namun dapat mengenyangkan konsumen. Kedua produk ini masih baru bagi mahasiswa. Ketiga produk ini kaya akan gizi dan bebas dari bahan pengawat. Keempat bahan yang digunakan alami.

7.      Bagaimana caranya menjual produk?
Jawab: kami menggunakan dua cara dalam teknik penjualan
·         Penjualan langsung kepada konsumen
·         Dengan menitipkan di beberapa toko/ warung yang sudah bekerjasama

8.      Bagaimana cara menjaga pelanggan?
Jawab: untuk menjaga pelanggan sepaya tetep mejadi konsumen kami menggunakan harga yang sesui dengan kantong (murah). Memberikan beberapa tawaran rasa, tidak hanya satu macam warna. Memberikan “CP” dilabel kemasan untuk kritikan.

9.      Bagaimana cara meningkatkat pendapatan?
Jawab: Cara meningkatkan pendapatan kami mengembangkan usaha yaitu menambbah beberapa tempat untuk penjualan bisa dilakukan di sekitar pasar atau sekolah.

10.  Bagaimana cara memanagement/mengelola keuangan?
Jawab: pengelolaan uang di sendirikan yautu di pegang oleh bendahara untuk pengelolaan antara uang keluar dan uang masuk dilakukan pencatatan. Pencatatan dilakukan hampir setiap hari, dengan maksud supaya tidak ada kesalahan. Selain itu antara uang pribadi, uang produk dan uang makan dibedakan sehingga dapat diketahui secara langsung keuntungan atau kerugian dari produk.

11.  Bagaimana mengelola sumber daya?
Jawab: pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan dengan teknik inovasi dari srawut biasa dimodifikasi menjadi srawut yang aneka warna dan rasa.

12.  Bagaimana cara membangun sebuah team?
Jawab: untuk membangun sebuah tim yang utuh kami melakukan beberapa cara diantaranya:
·         Saling keterbukaan ketika terjadi kesalahan
·         Membagi tugas masing masing secara jelas, misal tugas belanja setiap hari bergantian
·         Transparasi anggaran
·         Mengatur pertemuan rutinan
·         Memberikan sanksi bagi anggota yang melanggar, tidak menjalankan tugasnya.

Kamis, 29 Maret 2018

wawancara pedagang makanan

ANALISA PEDAGANG (KEWIRAUSAHAAN)



Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Wawancara Penjual Penyetan Lamongan




Nama kelompok :
1.      Shoumatus Shahroqah                        (150311100073)
2.      Novi Nur’aini                          (150311100060)
3.      Ahmad Mukari                        (150311100047)
4.      Fajar Maulana                         (150311100068)



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO
MADURA
2018



Wawancara 

                                           Gambar: wawancara


Warung penyetan Lamongan tentu saja sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia karena hampir di seluruh daerah warung penyetan Lamongan mengisi jalan-jalan dan berbagi tempat yang strategis untuk berjualan. Begitu juga ibu Sumarli dan pak marwi asal Lamongan yang telah berjualan penyetan lamongan di daerah Kamal Kabupaten Bangkalan Kepulauan Madura sudah hampir 7 tahun. Usaha penyetan Lamongan yang selama ini ditekuni beliau mengalami pasang surut pelanggan karena didaerah tersebut merupakan area kampus, sehingga apabila waktu aktif kuliah hampir ramai setiap hari namun ketika libur panjang sudah datang warung tersebut akan sepi pelanggan. Ibu Sumarli sempat membuka cabang penyetan Lamongan di tempat lain namun banyak mengalami kerugian, sehingga beliau memutuskan untuk cukup membuka warung satu saja dan dikelola bersama suaminya dan ditambah dengan 2 pekerja untuk membantunya setiap hari.
Motivasi ibu untuk membuka warung penyetan Lamongan adalah beliau merupakan orang asli Lamongan sehingga, semangat beliau terpacu untuk membuka warung penyetan karena mengingat banyak sekali orang Lamongan yang sukses dengan membuka usaha warungan atau tempat makan lainnya. juga beliau ingin melestarikan makanan khas yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia yakni penyetan dan soto lamongan. Selain menjual berbagai jenis penyetan lamongan beliau juga menjual nasi campur, rawon, soto dan ayam geprek. Kalau dilihat dari menunya ada beberapa yang mengikuti zaman seperti ayam geprek yang sekarang banyak digemari oleh anak-anak muda. Strategi tersebut juga digunakan agar warungnya tidak kalah saing dengan warung lainnya sehingga terus memberikan inovasi baru namun menu lama tidak di lupakan.
Modal yang digunakan per hari yang digunakan bisa mencapai 1,5 juta. Modal tersebut sudah bisa untuk membeli beras, lauk dan keperluan lainnya untuk sehari jualan. Modal tersebut dapat habis dalam sekali belanja sehari. Dengan jam buka warung sekitar jam 08:00 a.m dan tutup pada 11:00 p.m. Omset perhari tidak dapat diprediksi karena kebanyakan uang yang didapat dalam sehari langsung dibeda- bedakan ada yang untuk balik modal ada juga yang ditabung untuk keperluan anaknya sekolah. Untuk sistem hutang dulu beliau sempat ada pelanggan yang hutang, sama beliau dilayani karena orang tersebut benar-benar tidak ada uang. Namun, untuk sekarang sudah jarang dan hampir tidak ada yang mengutang.

Senin, 12 Maret 2018

ling-lung

Di sisi barat
Senja mengalir seperti darah
Merah menganggah menyapu jiwa
Meratap,memilukan hati
Terasa hidup sesaat telah berakhir
Jiwa yang tenang tergoyahkan nuansa senja
Senja menelan cahaya
Sang surya menyembunyikan diri dibalik bukit kecil
Pelan-pelan mulai tak tampak
Sapuan angin menyeramkan suasana
Mulai hatiku bertanya-tanya,akankah hari berakhir sampai disini???
Tetesan air mata tak terasa membasahi pipi yang kusam
Seraya badan lemas tak bertulang
"Janganlah berakhir hari ini"
Ku langkahkan kaki seiring detakan yang tak tentu
Pasrah dalam pujaku,semoga langkah ini tidak berakhir seperti ini

Peranan Magnesium (Mg)



Peran Magnesium (Mg) terhadap Pertumbuhan Tanaman




Disusun oleh:
Ahmad Mukari
150311100047
Cicik Endrawati
150311100053
Devi Ayu Larasati
150311100063
Novi Nur’aini
150311100066
Khabib Mujahidin
150311100072






PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2017



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahakan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Peran Magnesium (Mg) terhadap Pertumbuhan Tanaman”

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah nutrisi tanaman semester V. Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan memperkaya ilmu bagi kami khusunya dan pembaca pada umumnya.


Bangkalan, 31 Desember 2017

Penulis



3.4 Karakteristik Fisiologis dari Kekurangan Magnesium pada Tanaman Arabidopsis thalianaI   11
3.5   Respon Tanaman Karet Di Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk Majemuk Magnesium Plus                   18

 


Tanah yang baik dan subur adalah tanah yang mampu menyediakan unsur hara secara cukup dan seimbang. Ketersediaan nutrisi yang ada di dalam tanah sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Penggunaan soil test dapat membantu menunjukkan status nutrisi yang tersedia pada tanaman, sehingga dapat di ketahui unsur apa saja yang kurang tesedia bagi tanaman. Ada 16 unsur penting bagi pertumbuhan tanaman. Salah satu unsur yang penting yang di butuhkan tanaman adalah Magnesium.
Magnesium (Mg) merupakan hara makro sekunder yang diperlukan tanaman dalam jumlah relatif banyak namun lebih sedikit dibanding N dan K. Tanaman menyerap magnesium (Mg) dalam bentuk ion Mg2+. Unsur Mg merupakan bagian pembentuk klorofil. Tanaman yang kekurangan Magnesium (Mg) akan mengalami penurunan produksi. Kekurangan Mg bagi tanaman akan menimbulkan gejala gejala sebagai berikut : daun yang menguning; bagian diantara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak kecoklatan; daun-daun menjadi mudah terbakar oleh terik matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin. Selain itu, defisiensi Mg menimbulkan pengaruh pula pada pertumbuhan biji (Tisdale dan Nelson, 1975).
Secara umum fungsi unsur hara mikro adalah : (1)Sebagai penyusun jaringan tanaman (2) Sebagai katalisator (stimulant) (3) Mempengaruhi proses oksidasi dan reduksi tanaman. (4) Membantu mengatur kadar asam (5)Mempengaruhi nilai osmotic tanaman 1. Mempengaruhi pemasukan unsur hara (6) Membantu pertumbuhan tanaman Perhatian terhadap unsur mikro dewasa ini meningkat pesat, hal ini karena : (a)Terangkatnya unsur mikro dalam tanaman menyebabkan persediaan dalam tanah mencapai titik tidak dapat menunjang pertumbuhan normal. (b)Penggunaan pupuk makro yang meningkat dosisnya mempertajam menurunnya unsur mikro tanah. (c) Penggunaan pupuk berkadar unsur tinggi, meniadakan peluang digunakannya bahanbahan kurang murni, sehingga kontaminasi unsur mikro dalam pupuk berkurang.(d) Kemampuan kita mengenal gejala kekurangan unsur mikro masih relative kurang.
Untuk Mengetahui peranan magnesium terhadap pertumbuhan tanaman, serta mengetahui gejala defisiensi tanaman pada unsur hara magnesium.








Manusia dalam kehidupannya sangat tergantung pada tanah, tetapi manusia belum tentu memahami akan tanah. Berbagai sudut pandang tentang tanah satu sama lain cenderung berbeda yang disesuaikan dengan kepentingannya dan tingkat keperluan manusia itu sendiri akan tanah. Sebagai contoh untuk para pengguna tanah untuk tempat budidaya tanaman, akan sangat berbeda pemahamannya jika dibandingkan dengan pengguna tanah untuk kepentingan pembuatan jalan untuk kepentingan transportasi. Pengguna tanah untuk menghasilkan tanaman berkuaitas, berkepentingan terhadap pemahaman tanah terkait dengan kesuburan tanah. Kesuburan tanah terkait dengan kehidupan tanaman, meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).
Kesuburan tanah akan sangat ditentukan oleh keberadaan unsur hara dalam tanah, baik unsur hara makro, unsur hara sekunder maupun unsur hara mikro. Unsur hara makro meliputi nitrogen (N), pospor (P), kalium (K), dan C,H,O (yang ambil dari udara dan air). Sedang unsur hara sekunder meliputi calcium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). dan unsur hara mikro adalah : Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu) , Boran (B), Molibdenium (Mo) dan Chlor (Cl). Untuk meningkatkan kadar unsur hara makro dalam tanah sudah biasa dilakukan yaitu dengan pemberian pupuk buatan (Harjowigeno, 1987).
Magnesium diambil tanaman dalam bentuk ion Mg2+, terutama berperan sebagai penyusun khlorofil (satu-satunya mineral)merupakan bagian dari hijau daun yang kehadirannya tidak dapat digantikan oleh unsur lain, tanpa khlorofil fotosintesis tanaman tidak akan berlangsung, dan sebagai aktivator enzim. Mg terdapat pula sebagai ion dalam air-sel. Kadarnya di bagian vegetatif lebih rendah dari pada kadar Ca, tetapi pada bagiangeneratif adalah sebaliknya.Mg unsur yang mobile dalam tanaman, maka defisiensi Mg selalu terlihat pada daun-daun tua. Daun berwarna kuning, hal terjadi karena pembentukan klorofil terganggu. Pada tanaman jagung defisiensi Mg terlihat pada daun adanya garis-garis kuning yang agak menonjol sedangkan pada daun-daun muda keluar lendir terutama bila defisiensisudah lanjut. Magnesium disamping sebagai unsur hara, ia mempunyai fungsi lebih banyak dari kalsium. Pada beberapa tanah saat ini ditemui beberapa kekurangan magnesium bila tanah tersebut tidak dikapur. Pada tanah-tanah yang dilakukan pengapuran maka masalah kekurangan magnesium dapat diatasi (Hakim, et al, 1986 dalam Luhung, 2014).
Secara umum magnesium rata-rata menyusun 0,2% bagian tanaman. Sebagian besar terdapat di daun tetapi seringkali dijumpai dalam proporsi cukup banyak pada bebijian padi, jagung, sorgum, kedelai dan kacang tanah (Hanafiah, 2005). Menurut Mehlich dan Drake dalam Hardjowigeno (2002) dikatakan bahwa magnesium merupakan komponen zat khlorofil, yang mungkin memainkan suatu peranan dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber Mg yaitu: dolomit limestone (CaCO3MgCO3), sulfat potas magnesium, epsom salt (MgSO4.7H2O), kieserit, magnesia (MgO) serpentin (Mg3SiO2(OH)4, magnesit (MgCO3), dan lain-lain. Ketersediaan magnesium dapat terjadi akibat proses pelapukan mineral-mineral yang mengandung magnesium. Selanjutnya, akibat proses tadi maka magnesium akan terdapat bebas di dalam larutan tanah. Keadaan ini dapat menyebabkan (a). magnesium hilang bersama air perkolasi, (b). magnesium diserap oleh tanaman atau organisme hidup lainnya, (c). diadsorbsi oleh partikel liat dan (d). diendapkan menjadi mineral sekunder. Ketersediaan magnesium bagi tanaman akan berkurang pada tanah-tanah yang mempunyai kemasaman tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya dalam jumlah yang sangat besar mineral liat tipe 2:1. Dengan adanya mineral liat ini maka magnesium akan terjerat antara kisi-kisi mineral tersebut, ketika menjadi pengembangan dan pengkerutan dari kisi-kisinya (Hakim et al, 1986).
Penyediaan Ca dan Mg mirip dengan K, perbedaanya hanya terletak pada fiksasi. Karena kedua unsur ini tersedia dalam bentuk kation bervalensi dua, maka fiksasi kedua unsur ini lebih lemah dibandingkan K, sehingga tiga bentuk utamanya adalah kation terlarut, kation tertukar dan dalam mineral tanah. Ketersediaan Ca dan Mg terkait dengan kapasitas tukar kation (KTK) dan persen kejenuhan basa-basa (Ca, Mg, K dan Na) (KB). Kejenuhan basa yang rendah mencerminkan ketersediaan Ca dan Mg yang rendah. Jika dibandingkan, keterikatan Mg pada situs pertukaran kation lebih lemah dibanding Mg. Oleh karena itu, kehilangan lewat pelindian dan defisiensi Mg lebih sering menjadi masalah. Hal ini terkait dengan lebih besarnya BA (berat atom) Ca (= 40) disbanding Mg (= 24).
Kekurangan magnesium akan mengakibatkan perubahan warna yang khas pada daun. Kadang-kadang penguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari kekurangan magnesium. Gejala defisiensi mula-mula tampak pada daun klorosis dan tampak ada bercak-bercak coklat.Daun menjadi kekuningan dan tampak pucat. Warna kekuningan timbul di antara tulang-tulang daun. Daun mengering dan seringkali langsung mati. Pada tanaman berbiji, sangat jelek pengaruhnya bila kekurangan Mg. Misalnya pada Klorosis pada tembakau yang dikenal dengan tenggelam pasir disebabkan oleh kekurangan magnesium. Tanaman kapas yang kekurangan unsur ini menghasilkan daun-daun yang merah agak lembayung dengan tulang-tulang yang hijau. Daun-daun sorgum dan jagung menjadi bergaris-garis, tulang-tulang daunnya tetap hijau tetapi daerah diantara tulang-tulang daun pada sorgum menjadi lembayung dan ujung-ujung menjadi kuning (Foth, 1994).
Gejala defisiensi Mg muncul termasuk dalam tahap awal setelah unsur N. Tanaman menunjukkan gejala awal di daun dengan tingkat keparahan yang tinggi. Daun terlihat seperti terbakar yang dimulai dari tepi daun yang kemudian menuju ke tengah daun. Gejala awal dimulai dengan muncul warna kecoklatan pada tepi daun kemudian mengering. Gejala awal dimulai dari daun tua, kemudian diikuti dengan daun yang masih muda, lama-kelamaan gejala kekurangan Mg akan menyebabkan tanaman menjadi mati (Banaty dan Supriyanto, 2014).

DEFISIENSI Mg




Daerah timur laut Portug merupakan daerah dengan pH tanah masam. Batuan induk penyusun tanah pada daerah tersebut berasal dari granit dan bahan metamorf yang merupakan batuan dasar miskin. Pada tanah masam penyerapan Mg oleh tanaman menjadi sedikit, hal ini karena pada Ph asam penyerapan Mg mendapat persaingan yang kuat oleh kation-kation lain seperti K+, NH4+, Ca2+, Mn2+ dan bahkan H+. Oleh sebab itu Portela dkk. (2003) mengatakan bahwa untuk menjelaskan konsentrasi Mg pada daun chestnut lebih baik menggunakan kombinasi beberapa parameter kesuburan tanah seperti Mg / potasium (K), Mg / amonium (NH4) dan Mg / aluminium (Al) + hidrogen (H) dibandingkan dengan Mg yang dapat ditukar. Sedangkan, (Ende dan Evers, 1997; Landmann et al., 1997; Mengel dan Kirkby, 2001) menyatakan nilai ambang batas untuk Mg adalah 0,20 cmolc kg-1 yang dapat ditukar, di bawah ini Mg dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Penelitian ini menggunakan Satu set 38 kebun kastanye yang kemudian dibagi mejadi 19 kebun dengan beberapa pohon menunjukkan gejala kekurangan dan 19 kebun dengan pertumbuhan pohon sehat dan kuat di sekitarnya. Umur pohon bervariasi dari 10 sampai 30 tahun. Rata-rata jumlah pohon di setiap rumpun adalah 70. Sampling daun digunakan lima pohon dalam tiga kategori berikut : pohon hijau dengan rumpun sehat (kondisi produksi bagus), pohon hijau tanpa gejala defisiensi Mg di kebun klorosis, dan pohon dengan gejala defisiensi Mg yang jelas di kebun klorosis. Dalam penelitian ini terjadi penyimpangan karena identifikasi tanah yang dilakukan pada 38 kebun kastanye menunjukan perbedaan formasi geologi tanah karena batuan induk yang berbeda. Dimana pada beberapa kebun kastanye  kandungan Mn di dalam tanahnya sangat tinggi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memverifikasi apakah Mn yang dapat diekstrak di dalam tanah memiliki pengaruh untuk menentukan nilai ambang Mg yang dapat ditukar di bawah batas kekurangan Mg yang terjadi pada kebun kastanye. 
Gambar 1. merupakan analisis kandungan Mg di daun,  pada sampel pohon sehat dengan produktifitas bagus menunjukan bahwa konsentrasi Mg yang terendah adalah 1,8 g kg-1 dan tertinggi 4,5 g Kg-1, pada sampel ke dua yaitu pohon sehat tanpa gejala defisiensi Mg pada kebun klorosis konsentrasi Mg terendah yaitu 1,7 g Kg-1 dan tertinggi yaitu 3,7 g Kg-1. Sedangkan pada sampel ketiga yaitu pohon dengan gejala defisiensi Mg yang jelas di kebun klorosis terendah yaitu 0,2 g Kg-1 dan tertinggi hanya 1,5 g Kg-1. Sedangkan Mg ditanah yang dapat ditukar  pada pada kebun dengan produksi baik sebagian besar lebih dari nilai Mg yang dapat di tukar diatas amban batas minimum, dan pada kondisi kebun yang defisiensi Mg nilai Mg pada tanah di bawah ambang batas minimum. Seperti pernyataan diatas tersebut nilai abang batas minimum Mg pada tanah yang dapat ditukar adalah 0,20 cmolc Kg-1.
pada Gambar 2, nilai rata-rata Mg yang dapat ditukar dengan Mn yang dapat diekstraksi diplot pada 38 kebun yang dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu kebun dalam kondisi pertumbuhan baik dan kebun klorosis dengan pertumbuhan baik. Keenam gasifikasi chlorotic dengan Mg yang dapat ditukar  sebesar ≥0,20 cmolc kg-1 memiliki Mn yang dapat diekstrak lebih tinggi dari 25 mg kg-1. Pada kebun klorosis, nilai terbesar Mg yang dapat ditukar adalah 0,33 cmolc kg-1, menunjukkan nilai Mn yang dapat diekstraksi sangat tinggi di dalam tanah (220 mg kg-1) dan juga konsentrasi Mn lebih besar pada daun (2880 mg kg-1 dw) dibanding dengan nlai Mg itu sendiri.
     Dari hasil tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa Mn yang dapat di ekstraksi ditanah memiliki pengaruh untuk menurunkan nilai Mg di bawah ambang batas tukar. Kelarutannya Mn yang ada pada tanah ini sangat dipengaruhi oleh pH; nilai kelarutan Mn meningkat seiring pH yang semakin menurun (Lindsay, 1979). Berbeda dengan bahan induk ini, kandungan Mn terendah (3,5-17,5 mg kg-1 Mn yang dapat diekstraksi) dicatat pada tanah yang berasal dari granit dan sekrup kuarsa.
            Perkembangbiakan virus X multiplikasi dipengaruhi oleh unsur hara. Pada penelitian sebelumnya telah dipelajari efek nutrisi nitrogen, fosfor dan kalium pada pertumbuhan inang dan perbanyakan virus.Unsur hara magnesium terkait dengan penelitian ini berkaitan dengan pengaruh nutrisi magnesium terhadap pertumbuhan inang dan perbanyakan PVX pada tanaman tomat. Tanaman tomat ditanam secara terpisah dalam larutan nutrisi yang mengandung 0,50, 125, 25 dan 500 ppm magnesium. Penelitian ini menggunakan tanaman tomat sehat dan tanaman tomat yang di inokulasi virus X.
            Berdasarkan pengamatan hasil dari table 1, pada 0 ppm ujung daun yang lebih tua diamati, pada tanaman tomat sehat menunjukkan gejala klorosis defisiensi magnesium. Hilangnya warna ini maju sepanjang pinggiran dan ke dalam antara pembuluh darah daun. Tanaman yang diinokulasi dengan vrus X menjadi kerdil dan gejalanya adalah mosaik ringan. Pada 50 ppm tanaman sehatmenunjukkan klorosis ringan, tanaman yang terinfeksi mengalami penurunan pertumbuhan serta gejala mozaik ringan . Pertumbuhan vegetatif maksimal dengan dedaunan hijau normal adalah dicatat pada tanaman sehat tumbuh pada tingkat 125 ppm sedangkan pertumbuhan tomat dengan gejala mottic mottling dicatat pada tanaman inokulasi. Tanaman tomat sehat yang tumbuh pada 250 dan 500 ppm berwarna hijau tua dedaunan dibandingkan dengan tomat yang ditanam pada 125 ppm, dan pada tanaman yang di inoculum virus X juga mengalami mozaik.








Tabel 1

Hasil (Tabel 1 dan 2) menunjukkan bahwa pertumbuhan tomat maksimal tanaman diperoleh pada 125 ppm magnesium dan konsentrasi relatif  PVX pada tanaman tomat diinokulasi juga ditemukan maksimal pada level ini. Hasil ini menunjukkan bahwa konsentrasi virus tersebut adalah berkorelasi langsung dengan pertumbuhan tanaman inang. Kelebihan magnesium menyebabkan pertumbuhan vegetatif lebih rendah dari tanaman yang terkait dengan penurunan dalam perkalian PVX.Tabel 2 menunjukkan konsentrasi klorofil a dan b sebagai bahan yang mudah diobati di tanaman diinokulasi PVX dan tanaman tomat sehat. Konsentrasi PVX pada tunas dari tanaman yang terinfeksi setelah 60 hari inokulasi.






Magnesium memainkan peran penting dalam adsorpsi nutrisi lainnya khusus kalium dan kalsium (Hoagland 1944, Broyer & KOKOH 1959), bertindak sebagai katalisator, aktivator dan co-faktor dalam beberapa aktivitas enzimatik (INGRAHAM & GREEN 1958) dan berpartisipasi dalam protein aktif dan carbo- metabolisme hidrat (McElroy & Nason 1954). Mg juga berperan dalam RNA virus (Loring & WARITZ 1957). Mg juga dikenal sebagai komponen molekul klorofil. Berbagai tingkat nutrisi mempengaruhi konsentrasi klorofil, seperti terbukti pada Tabel 2. Konsentrasi klorofil yang lebih rendah dalam penyakit tanaman tampaknya menjadi efek infeksi virus yang mungkin, entah bagaimana, menghambat aktivitas enzim yang terkait dengan biosintesis dari klorofil
Pengaruh beberapa konsentrasi magnesium (0,50, 125, 250 dan 500 ppm) terhadap pertumbuhan dan perbanyakan virus Kentang X pada tomat (Lycopersicum esculentum Mill. 'Terbaik dari semua') tumbuh dalam budaya pasir yang belajar. Pertumbuhan tanaman sehat dan berpenyakit berkurang pada 0 ppm  dan pertumbuhan vegetatif maksimum adalah 125p. pm diatas 125 ppm tingkat penurunan pertumbuhan tanaman telah terjadi. Konsentrasi PVX berpegaruh dengan pertumbuhan. Konsentrasi klorofil a dan b terendah pada tanaman tomat yang diinokulasi yang ditanam dalam larutan magnesium defisiensi dan tertinggi di tanaman sehat tumbuh pada tingkat 500 ppm.
Pada tumbuhan Mg merupakan unsur pokok penting dari klorofil, mengaktifkan sejumlah besar enzim, oleh karena itu magnesium memainkan peran penting dalam proses fisiologis dan biokimia yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman yang kekurangan Mg karena tanaman tersebut tumbuh di tanah yang sangat asam sehingga kelarutannya sangat tinggi dengan kapasitas tukar kation yang rendah.
Mg ion adalah ion diantara bioogis utama kation karena memiliki radius terhidrasi terbesar (0,428 nm) dan radius ionik terkecil (0,072 nm) dan kepadatan muatan tertinggi, karena mengikat dengan mol air-cules 3-4 lipat lebih kuat dari yang lain, Mg sering berinteraksi dengan ion dan molekul. Akibatnya Mg lebih relatif mengikat untuk kelompok yang bermuatan negatif di dinding sel akar, jadi apabila kelebihan kation seperti H+ dan Al3+ akan menghambat Mg ke apoplas dan penyerapan di membran plasma, ketika kation tersebut hadir ditanah asam.

Gambar 1. Menunjukkan bahwa ketika Al hadir didalam tanah, maka akan berakibat dalam serapan Mg dan jarak jauh transportasinya. Seperti persaingan pengikatan unsur ain di Apoplasma, penghambatan serapan Mg pada membran plasma dan penghambatan tranportasi Mg.
Pada gambar 2. Menunjukkan bahwa pengaruh Al terhadap distribusi Mg pada intraseluler, baik di sitosol, vakuola, mitokondria kloropas dan RE endoplasma.
     Ketika suatu tanaman keracunan Al, solusi yang sering digunakan adalah dengan menambahkan Ca untuk menghindari spesiasi dengan aluminium. Namun, solusi tersebut tetap akn menghambat tanaman terhadap pengambilan Mg, sehingga tanaman akan tetap mengalami defisiensi Mg. Terdapat suatu percobaan dimana percobaan tersebut pada tanaman Arabidopsis yang kekurangan Mg dan mengalami toksisitas Al yang tinggi, yang menunjukkan perubahan yang luar biasa selama 1 minggu mengalami kekurangan Mg, ketika Mg ditambahkan pada media eksternal dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari sebelumnya dan mengurangi tanaman keracunan Al. Mekanisme dalam mengurangi toksisitas Al oleh ion Mg meliputi: a. Peningkatan kekuatan ionik larutan, b. Pengurangan kejenuhan Al dipertukaran apoplastik, c. Penurunan aktivitas Al di plasma sel akar pada permukaan membran. Yang sudah tertera mekanismenya pada gambar 3.
       Ketika Mg dapat mengurangi toksisitas Al, maka akan memperbaiki penyekatan karbon dari tunas ke akar,peningkatan sintesis dan eksudasi asam organik, pemeiharaan aktivitas H+ ATPase dan pengaturan pH sitoplasma, meningkatankan aktivitas asam fosfat, perindungan Ca di sitosol terhadap kenaikan induksi Al dan perindungan dari kerusakan oksidatif.
3.4 Karakteristik Fisiologis dari Kekurangan Magnesium pada Tanaman Arabidopsis thaliana
                Ketersediaan magnesium pada tanaman berpengaruh dalam kegiatan fotosintesis. Mg sangat penting untuk kloroplas, menjadi elemen utama diklorofil, hal ini karena berpartisipasi dalam penyusunan membran thilakoid dan grana,bertindak sebagai sebuah kofaktor dan aktivator enzim alosterik yang terlibat dalam Fiksasi CO2 dan terlibat dalam transfer energi pada adenosine triphosphate serta kontrol pH. Beberapa penelitian telah mendeskripsikan efek defisiensi Mg pada reaksi fotokimia atau fiksasi CO2
            Arabidopsis thaliana digunakan sebagai studi penelitian ciri perkembangan gejala defisiensi Mg dan tanggapan fisiologis awal. Karakteristik pertumbuhan, Mg dan konsentrasi gula, serta fotokimia kinerja diukur pada interval reguler selama induksi defisiensi Mg. Defisiensi Mg meningkat konsentrasi gula dan mengubah ekspor sukrosa dari daun muda. Akumulasi gula pada daun dapat menyebabkan turunnya regulasi gen fotosintesis dan berakibat menurunkan konsentrasi klorofil dan aktivitas fotosintesis.
            Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui berdasarkan gamabar berikut:

            Kultur hidroponik dan gejala visual defisiensi Mg diamati pada Arabidopsis thaliana. Gejala kekurangan klorotik Mg diamati pada roset reproduksi A. thaliana C24 setelah 20 hari. Klorosis interveinal dan nekrosis pada daun A. thaliana Columbia setelah 16 hari. saat pertumbuhan vegetatif tanaman A. thaliana Columbia memiliki lebih dari 15 daun yang diperluas (12 h cahaya 12 h kegelapan).
            Respon fisiologis yang disebabkan oleh defisiensi Mg, konsentrasi klorofil, kinerja fotokimia dari fotosistem II, dan konsentrasi gula di bagian paling atas sepenuhnya memperluas ukuran daun. Penurunan konsentrasi klorofil terjadi secara signifikan (P <0,05) dengan sepersepuluh dari nilai kontrol pada hari ke 16 dan sepertiga pada hari ke 20. Meskipun demikian, konsentrasi klorofil tidak menurun secara langsung, mengingat defisiensi Mg itu untuk meningkatkan proporsi relatif Mg struktural yang terkait dengan klorofil. Kekurangan unsur hara mg pada penelitian ini menujukan peningkatkan konsentrasi gula dan mengubah ekspor sukrosa dari daun muda sebelumnya berefek nyata pada aktivitas fotosintesis. Penurunan aktivitas fotosintesis mungkin terjadi ditimbulkan oleh peningkatan konsentrasi gula daun. Tingkat transkrip Cab2 (mengkodekan klorofil a / b protein) lebih rendah pada tanaman kekurangan Mg sebelum terjadi penurunan konsentrasi klorofil yang nyata.Data transkripsi menunjukkan bahwa reduksi klorofil adalah respons terhadap kadar gula dibanding kekurangan atom Mg untuk mengikat klorofil.
Gambar diatas merupakan pewarnaan yodium pati pada Arabidopsis thaliana Columbia yang mengalami kekurangan magnesium dan kontrol. Tanaman diwarnai dengan larutan yodium untuk mengenetahui adanya pati pada periode gelap, menunjukan adanya warna tidak terang pada tanaman kekutang magnesium hal ini karena kandungan pati pada tanaman tersebut sangat sedikit sehingga terlihat gelap. Akar tanaman lebih panjang (5 cm) hal tersebut dikarenakan kekurangan unsur Mg menyebabkan akar memanjang untuk mencari unsur yang kurang tersebut.
3.5   Respon Tanaman Karet Di Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk Majemuk Magnesium Plus
Karet merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting baik untuk lingkup nasional maupun internasional. Menurut Boerhendy (2009), fungsi ekonomi yang menonjol dari komoditas karet adalah sebagai sumber pendapatan lebih dari 10 juta petani dan menyerap sekitar 1,7 juta tenaga kerja, serta memberikan kontribusi yang sangat berarti sebagai penyumbang devisa negara. Masalah usahatani karet yang dihadapi petani secara umum adalah keterbatasan modal baik untuk membeli bibit unggul maupun sarana produksi lain seperti herbisida dan pupu k. Selain itu ketersediaan sarana produksi pertanian tersebut di tingkat petani juga masih terbatas. Dalam rangka meningkatkan ekspor komoditas karet, pemerintah telah mengambil kebijakan untuk meningkatkan produktivitas karet melalui peremajaan maupun perluasan lahan yang sesuai serta dengan menggunakan bibit okulasi klon anjuran.
Masa tanaman karet di pembibitan dapat dipersingkat dengan cara pemupukan yang optimum. Saat ini banyak terjadi kelangkaan dan mahalnya pupuk anorganik untuk pembibitan karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman karet di pembibitan terhadap pupuk majemuk Magnesium plus. Penelitian aplikasi pupuk majemuk Magnesium plus ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap terdiri atas enam perlakuan dengan sepuluh ulangan. Perlakuan terdiri atas: 1) kontrol (tanpa pemupukan), 2) pupuk tunggal NPK + Dolomite, 3 ) pupuk tunggal NPK+Kieserite standar, 4) pupuk tunggal NPK + pupuk majemuk Magnesium plus dosis 75%, 5) pupuk tunggal NPK + pupuk majemuk Magnesium plus dosis 100%, 6) pupuk tunggal NPK + pupuk majemuk Magnesium plus dosis 125%. Parameter yang diamati: tinggi tanaman, diameter batang, bobot tanaman dan akar, kandungan hara daun serta nilai Relative Agronomic Effectiveness (RAE). Pengamatan dilakukan setiap satu bulan sekali selama enam bulan. Pemupukan dengan pupuk tunggal NPK yang dikombinasikan dengan berbagai tingkatan dosis pupuk majemuk Magnesium plus dapat meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah tanaman, serta bobot basah dan kering akar dibandingkan dengan perlakuan pupuk tunggal NPK+Kieserite standar dan kontrol tanpa pupuk. Secara agronomis perlakuan pupuk tunggal NPK dikombinasikan pupuk majemuk Magnesium plus dengan tingkatan dosis 125% menunjukkan hasil yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain.
Tabel 1. Data tinggi tanaman karet sebagai respon terhadap berbagai perlakuan pupuk majemuk Magnesium plus

Perlakuan
Treatment



Tinggi tanaman








Plant height








(cm)





5 Apr

7 Mei
6 Jun

5 Jul

6 Agst

7 Sep













Kontrol, tanpa pupuk
32,20a

40,19a
48,19a

58,77a

64,78a

71,42a

Pupuk tunggal NPK + Dolomit e
32,69a

41,36ab
50,46ab

60,11a

75,23b

82,25b

Pupuk tunggal NPK + Kieserite Standar
32,64a

43,48ab
53,77ab

64,17ab

81,36b

90,78bc

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg plus 75%
33,30a

43,54ab
53,46ab

64,16ab

81,55b

90,12bc

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg plus 100%
33,20a

44,12ab
53,85ab

65,30ab

81,88b

92,05c

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg plus 125%
32,25a

46,87b
56,29b

68,64b

83,20b

92,96c












Pada table 1 Pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi mencapai 92,96 cm pada pemberian pupuk majemuk Magnesium plus dosis 125%. Namun demikian secara kuantitatif pertumbuhan tinggi tanaman cenderung meningkat sejalan dengan penambahan pupuk majemuk Magnesium plus mikro. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk tunggal NPK yang dikombinasikan dengan Magnesium plus mampu meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan perlakuan pupuk tunggal NPK yang dikombinasikan baik pupuk Kieserite maupun Dolomite.
Tabel 2. Data diamater batang karet sebagai respon terhadap berbagai perlakuan pupuk majemuk Magnesium plus

Perlakuan
Treatment
Diameter batang
Trunk diameter
(mm)



5 Apr
7 Mei

6 Jun

5 Jul

6 Agst

7 Sep













Kontrol, tanpa pupuk
2,60a
3,26a

4,35a

5,32a

6,62a

7,66a

Pupuk tunggal NPK + Dolomite
2,95a
3,71ab

4,66a

6,63b

7,12ab

8,87ab

Pupuk tunggal NPK + Kieserite Standar
2,75a
3,57ab

4,74a

6,77b

7,58ab

9,45bc

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg plus 75%
2,95a
3,56ab

4,56a

6,79b

7,67ab

9,13bc

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg plus 100%
2,97a
3,90b

4,93a

6,95b

8,16b

9,79bc

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg plus 125%
2,94a
3,95b

5,08a

7,34b

8,47b

10,45c













Pada table 2. Pertumbuhan diameter batang bibit tanaman karet umur 1 sampai dengan 6 bulan setelah tanam (BST) terus bertambah sejalan dengan peningkatan dosis pupuk yang diberikan. Pertumbuhan diameter batang terbesar pada umur 1-6 BST masing-masing 2,94 mm; 3,95 mm; 5,08 mm, 7,34 mm; 8,47 mm; 10,45 mm yang dicapai pada pemberian pupuk majemuk Magnesium plus dengan tingkatan dosis 125%.
Tabel 3. Data bobot tanaman basah dan kering sebagai respon terhadap berbagai perlakuan pupuk majemuk Magnesium plus

Perlakuan
Treatment

Bobot (g/pohon)
Weight (g/tree)


Basah

Kering

Wet

Dry
Kontrol, tanpa pupuk

32,27a

13,60a
Pupuk tunggal NPK + Dolomite

78,98ab

31,22b
Pupuk tunggal NPK + Kieserite Standar

95,52b

38,21b
Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg plus 75%

98,34b

38,76b
Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg p lus 100%

105,01b

43,01b
Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg p lus 125%

106,41b

44,18b

Pada table 3. Pada perlakuan pupuk majemuk Magnesium plus dosis 125% mampu meningkatkan bobot basah tanaman tertinggi (P<0,05) mencapai 200% dibandingkan kontrol tanpa pupuk tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk tunggal NPK + Kieserite standar dan perlakuan pupuk tunggal NPK + Dolomite. Namun, secara kuantitatif bobot basah tanaman cenderung meningkat sejalan dengan penambahan dosis pupuk majemuk Magnesium plus. Pada bobot kering tanaman perlakuan pupuk majemuk Magnesium plus dosis 125% berpengaruh
Tabel 4. Data bobot basah dan kering akar sebagai respon terhadap berbagai perlakuan pupuk majemuk Magnesium plus







Bobot (g/pohon)

Perlakuan

Weight (g/tree)

Treatment

Basah

Kering



Wet

Dry

Kontrol, tanpa pupuk

48,46a

16,87a

Pupuk tunggal NPK + Dolomite

63,70ab

18,86a

Pupuk tunggal NPK + Kieserite Standar

80,16ab

23,76ab

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg p lus 75%

81,22ab

23,89ab

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg p lus 100%

87,88b

25,01ab

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg p lus 125%

97,88b

33,62b














Pada table 4. Perlakuan pupuk majemuk Magnesium plus dosis 125% dapat meningkatkan bobot basah akar tertinggi mencapai 100% dibandingkan kontrol tanpa pupuk dan 11-22% di atas perlakuan lainnya. Selain itu, bobot kering akar pada perlakuan pupuk majemuk Magnesium plus dosis 125% meningkat dengan nilai tertinggi mencapai 99% dibandingkan kontrol tanpa pupuk dan 41% lebih tinggi dibandingkan pupuk tunggal NPK+Kieserite standar. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk Magnesium plus pada semua tingkatan dosis mampu meningkatkan bobot kering dan basah akar dibandingkan pupuk tunggal NPK + Kieserite standar.
Tabel 5. Nilai RAE pupuk majemuk Magnesium plus tanaman karet di pembibitan

Perlakuan
Treatment

Nilai RAE
Value RAE





(%)






Kontrol, tanpa pupuk
0

Pupuk tunggal NPK + Dolomite
62

Pupuk tunggal NPK + Kieserite Standar
100

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg p lus 75%
102

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg p lus 100%
119

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg p lus 125%
150





Pada table 5. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai RAE pupuk majemuk Magnesium plus berkisar dari 102-150% dan secara umum relatif lebih tinggi dibandingkan nilai RAE pada pemupukan pupuk tunggal NPK + Kieserite standar. Pemberian pupuk majemuk Magnesium plus dosis 125% menghasilkan nilai RAE tertinggi mencapai 150%, menunjukkan bahwa perlakuan ini memiliki efektivitas lebih tinggi 50% dibandingkan pupuk tunggal NPK + Kieserite standar.

Tabel 6. Kandungan hara N, P, K, Ca, dan Mg di daun

Perlakuan
Treatment


Kadar hara daun
Nutrient content of leaf











(%)





N

P

K

Ca

Mg












Kontrol, tanpa pupuk
2,09a

0,12a

0,65a

0,82a

0,15a

Pupuk tunggal NPK + Dolomite
4,02b

0,16a

0,88b

0,87a

0,19ab

Pupuk tunggal NPK + Kieserite Standar
4,18bc

0,18a

0,86b

1,00a

0,20ab

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg p lus 75%
4,32c

0,17a

0,93bc

0,98a

0,20ab

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg p lus 100%
4,21bc

0,18a

0,99c

1,04a

0,25b

Pupuk tunggal NPK + pupuk Mg p lus 125%
4,29c

0,18a

0,99c

1,15a

0,25b


























Pada Tabel 6. Kandungan hara P, dan Ca tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan. Namun kandungan N, K dan Mg berbeda nyata (P<0,05). Kandungan N, P, K, Ca, dan Mg di daun yang paling rendah dijumpai pada perlakuan kontrol tanpa pemupukan dibandingan dengan perlakuan pemberian pupuk majemuk Magnesium plus. Perlakuan pupuk majemuk Magnesium plus tingkatan dosis 125% memiliki nilai kandungan hara daun N tertinggi (P<0,05) mencapai 2 kali lipat dibandingkan kontrol dan lebih tinggi dibandingkan pupuk tunggal NPK + Kieserite standar. Secara umum pemberian pupuk majemuk Magnesium plus pada semua tingkatan dosis memiliki kandungan hara di daun lebih baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol, pupuk tunggal NPK + Kieserite standar dan pupuk tunggal NPK + Dolomite.

 
 
 
1.      Konsentrasi Mg pada tanaman dapat dijelaskan dengan perbandingan unsur lain. Mn yang dapat di ekstraksi ditanah memiliki pengaruh untuk menurunkan nilai Mg di bawah ambang batas tukar. Kelarutannya Mn yang ada pada tanah ini sangat dipengaruhi oleh pH; nilai kelarutan Mn meningkat seiring pH yang semakin menurun.
2.      Konsentrasi PVX berpegaruh dengan pertumbuhan. Konsentrasi klorofil a dan b terendah pada tanaman tomat yang diinokulasi yang ditanam dalam larutan magnesium defisiensi dan tertinggi di tanaman sehat tumbuh pada tingkat 500 ppm
3.      Tanaman yang tumbuh di tanah asam akan mengurangi toksisitas Al ketika tanah tersebut ditambah dengan Mg yang lebih tinggi konsentrasi.
4.      Defisiensi Mg dapat menurunkan konsentrasi klorofil dan meningkatkan konsentrasi gula pada tanaman.
5.      Pemberian pupuk tunggal NPK dikombinasikan dengan pupuk majemuk Magnesium plus dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter batang tanaman. Pemberian pupuk tunggal NPK dikombinasikan dengan pupuk majemuk Magnesium plus dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter batang tanaman.





























Adu-Anning C & Blay Jnr D. 2001. Ensuring sustainable harvesting of wood : Impact of biomass harvesting on the nutrient stores of teak woodlot stand in the Sudan Savana. Ghana Journal of Forestry 10, 17-25
Aerts R.1996. Nutrient resorption from senescing leaves of perennials: are there general patterns ? Journal of Ecology 84, 597-608
Aerts R & Chapin FS. 2000. The mineral nutrition of wild plants revisited: A re-evaluation of processes and patterns. Advances in Ecological Research 30, 1-67
Banaty, O.K. dan A. Supriyanto. 2014. Gejala Defisiensi Unsur Hara Makro Pada Tanaman Stroberi (Fragaria X ananassa Duchesne) Varietas Dorit. Proseding Seminar Nasional PERHORTI. Malang
Bose, J., O. Babourina, and Z. Rengel. 2011. Role of Magnesium in Alleviation of Aluminium Toxicity in Plants. Journal of Experimental Botany 62(7):2251-2264
Chapin  FS. 1980. The mineral nutrition of wild plants. Annual Review of Ecology and Systematics 11: 233-260
Dent DH, Bagchi R, Robinson D, Majalap-Lee N, & Burslem DFRP. 2006. Nutrient fluxes via litterfall and leaf litter decomposition vary across a gradient of soil nutrient supply in a lowland tropical rain forest. Plant Soil 288, 197-215
Drechsel P & Zech W. 1991. Foliar nutrient levels of broad-leaved tropical tress: A tabular review. Plant and Soil 131, 29-46
Ganguli B., NATH P. & UPRETTI GC 1963. Pengaruh nutrisi pada tanamanpertumbuhan dan konsentrasi virus kentang X dan Y. - Kentang India J. 5: 44-47
Hakim et al. 1986. Dasar-Dasar  Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa
Hermans, C., dan N. Vebruggen. 2015. Physiological characterization of Mg deficiency in Arabidopsis thaliana. Journal of Experimental Botany. Vol. 56 (418). Pp. 2153–2161.
Luhung, B. 2014. Pengamatan Kandungan Unsur Hara Nitrogen, Fosfor, Kalium, Kalsium dan Magnesium Serta pH Tanah Pada Kedalaman 60cm di Hutan Sekunder Tua Bukit Soeharto. Tugas Akhir. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Portela. E, C. Coelho Pires dan Jos̩ L. 2010. Magnesium Deficiency In Chestnut Groves: The Influence Of Soil Manganese. Jurnal Of Plant Nutrition. 33 (3) : 452 Р460
Sutedjo dan Kartasapoetra. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta
Williams,C.N. and Joseph, K.T., 1979: Climate, Soil and Crop Production in the Humid Tropics. Oxford University Press. London. New York. Melbourne

teknik sambung susu tanaman semangka (citrullus vulgaris)

tekni sambung merupakan teknik vegetasi untuk menigkatkan buah dan mempercepat umur berbuah serta memperbaiki ketururnan sesuai induknya ata...