TUGAS KEANEKARAGAMAN HAYATI
PENTINGNYA KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK PROGRAM
PEMULIAAN TANAMAN
(Pemanfaatan
Plasma Nutfah Padi Varietas Lokal
Dalam Perakitan Varietas
Unggul)
KELAS
A
KELOMPOK
6 :
1. Dewi Hartina 140311100004
2. Krisworo Wicaksono 140311100015
3. Qowiyul Amin 140311100016
4. Mabluhah 140311100025
5. Dewi Sri Agustina 140311100035
6. Gagas Wilda 140311100045
7. Ahmad Mukari 150311100047
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2017
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Biodiversitas atau keanekaragaman
hayati
menurut
Wijayanto (2013),
merupakan
istilah
untuk
keanekaragaman biota, baik
jumlah
maupun
frekuensi
ekosistem
dan
spesies
maupun gen yang ada
didalam
suatu
wilayah. Keanekaragaman
hayati menunjukkan berbagai variasi dalam bentuk, struktur tubuh, warna,
jumlah, dan sifat lain dari mahluk hidup di suatu daerah. Indonesia memiliki
potensi yang sangat besar dalam pengelolaan sumber daya alam hayati untuk
kesejahteraan hidup bangsanya, baik golongan tumbuhan maupun hewan.
Kebutuhan akan komoditas pertanian terus bertambah seiring dengan miningkatnya permintaan pasar dan konsumsi, terkait
dengan
peningkatan
jumlah
penduduk. Dua
dekade lagi, kira-kira pada tahun 2025, negara kita diprediksikan akan dihuni
oleh penduduk yang mencapai sekitar 273 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan
penduduk sekitar 0.9% sampai 1.3 % per tahun (BPS, 2007). Adanya jumlah
penduduk yang sangat besar menyebabkan kebutuhan akan pangan menjadi meningkat,
terutama terhadap beras, ditambah dengan adanya beragam permasalahan krusial
lainnya yang terkait erat dengan bidang pertanian, seperti (diantaranya):
produksi beberapa komoditas yang masih belum mencukupi kebutuhan/stok dalam
negeri (misalnya padi, kedelai dan jagung), adanya penurunan produktivitas
lahan, tingginya laju konversi lahan pertanian ke non-pertanian (sekitar 50
ribu ha per tahun), angka kemiskinan (berkisar 16%; BPS, 2006) dan pengangguran
yang masih cukup tinggi (10%; BPS, 2007), serta terjadinya degradasi kualitas
sumber daya alam akibat dari proses pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Dengan demikian, komoditas
pertanian
harus
ditingkatkan
produksinya
melalui
perluasan area tanam
dan
penggunaan
varietas
unggul.
Indonesia mempunyai
catatan panjang dan baik dalam peningkatan varietas padi. Usaha untuk
mengumpulkan dan melestarikan varietas lokal di Indonesia telah dilaksanakan
sejak tahun 1970. Varietas lokal yang telah dikoleksi dan dilestarikan
berjumlah lebih dari 11.690 nomor, introduksi sebanyak 1.850 nomor dan 450 galur
murni (Khush, 1996). Sangat banyak varietas padi unggul yang dihasilkan oleh
IRRI (utamanya pada tahun 1960-an dan 1970-an), dirakit menggunakan satu atau
beberapa varietas padi lokal Indonesia. Varietas lokal seperti Peta, Intan, dan
Sigadis digunakan IRRI utamanya sebagai sumber daun yang tegak dan vigor
tanaman yang baik (Harahap, 1980).Sejak dilepasnya padi
unggul varietas IR5 dan IR8 pada tahun 1967, secara berangsur-angsur varietas
lokal makin terdesak, apalagi sejak tahun 1970 hingga 2000-an, anjuran
penanaman varietas unggul nasional semakin intensif yang menggantikan kedudukan
varietas lokal. Pada tahun 2000-an, jumlah padi lokal di lahan petani sudah
sangat menurun (Ditjen Perbenihan 2010). Hanya di beberapa wilayah tertentu
varietas lokal masih ditanam petani karena mutu berasnya yang baik dengan harga
jual yang tinggi. Erosi genetik tanaman padi akan semakin kritis apabila tidak
dilakukan upaya pelestarian varietas lokal yang masih ada.
Pemanfaatan biodiversitas padi varietas local sebagai sumber plasma nutfah
dalam
menciptakan
varietas
unggul
perlu
mendapatkan
perhatian
khusus
sehingga
potensi yang ada
akan
terhindar
dari
kepunahan yang dipercepat
oleh
budidaya
padi
unggul yang semakin
intensif. Sehingga
perlu
adanya
koleksi
atau plasma nutfah
padi
local
sebagai
sumber gen yang dapat
digunakan
oleh
seorang
pemulia
tanaman
untuk
dapat
merakit
suatu
varitas
unggul. Ketersediaan varietas unggul yang benihnya dijual oleh beberapaperusahaan
benih, berasal dari pemanfaatangen-gen yang berasal dari koleksi
plasma nutfah.Plasma nutfah atau sumber daya genetik menurut Zuraida dan Sumarno
(2007) adalah koleksi keragaman (fenotipik dan genotipik)
dalam masing-masing spesies tanaman. Sehingga koleksi plasma nutfah yang merupakan komponen dari keanekaragaman hayati mempunyai peranan
yang sangat penting bagi seorang pemulia tanaman,
karena bertujuan sebagai sumber atau penyedia
gen dalam suatu program pemliaan yaitu seperti penyedia tetua untuk dilakukan hibridisasi guna untuk merakit varietas baru
yang unggul.
Penggunaan varietas local dalam
program pemuliaan telah sering dianjurkan,
dengan tujuan untuk memperluas latar belakang genetic varietas unggul
yang akan dihasilkan. Penggunaan
gen-gen tahan terhadap berbagai cekaman yang dimiiki varietas lokal dalam
pemuliaan tanaman dapat meningkatkan keunggulan varietas unggul yang akan
dihasilkan. Salah satunya dalam program pemuliaan tanaman padi dengan
memanfaatkan varietas lokal dengan memperhatikan keunggulan spesifik yang
dimiliki varietas lokal tersebut diharapkan dapat meningkatkan keunggulan
varietas padi yang dibudidayakan di lokalita spesifik. Sehingga dalam makalah
ini akan membahas mengenai pengelolaan plasma nutfah padi varietas lokal dan
pemanfaatannya dalam program pemuliaan.
1.2. Manfaat
a)
Adanya
plasma nutfah lokal, dapat menyediakan sumber gen yang beragam
guna
untuk
memperoleh
varietas
unggul
suatu
tanaman.
b)
ketersediaan
plasma nutfah yang banyak meningkatkan pilihan dan alternative system pertanian yang ramah
lingkungan, melalui
sifat
ketahanan
terhadap
hama
penyakit, toleransi
cekaman
abiotik
dan
adaptasi
pada
lingkungan sub-optimal.
c)
Plasma nutfah dapat memperbaiki varietas yang
dapat membantu meningkatkan produksi petani.
1.3. Kegunaan
Ketersediaan plasma nutfah
sangat
diperlukan
untuk
menjawab
masalah
kekurangan
pangan, melalui
pemanfaatan gen-gen unggul
pembentuk
varietas
berdaya
hasil
tinggi, tahan
hama
penyakit, hibrida
berdaya
hasil
tinggi
dan
varietas
unggul
beradaptasi
lingkungan
spesifik. Sehingga
dapat
digunakan
oleh
para
petani.
II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Keanekaragaman Hayati
Keaekaragaman hayati menurut World Wildlife Fund
dalam Mochamad Indrawan (2007) adalah jutaan tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme, termasuk yang mereka miliki, serta ekosistem rumit yang mereka
bentuk menjadi lingkungan hidup. Keanekaragaman hayati dapat digolongkan
menjadi tiga tingkat, yaitu :
a. Keanekaragaman
spesies. Hal ini mencakup semua spesies di bumi, termasuk bakteri dan protista
serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel
banyak atau multiseluler).
b. Keanekaragaman
genetik. Variasi genetik dalam satu spesies baik diantara populasipopulasi yang
terpisah secara geografis, maupun diantara individu-individu dalam satu
populasi.
c. Keanekaragaman
komunitas. Komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik
(ekosistem) masing-masing.
2.2. Pelestarian Biodiversitas Padi
Untuk membentuk varietas
padi unggul dengan cara merakit sifat yang diinginkan, dibutukan plasma nutfah
padi sebagai sumber genetik. Banyak tersedia plasma nutfah padi, diantaranya :
a. Varietas introduksi : memindahkan spesies atau
varietas tanaman pertanian dari suatu tempat yang dianggap sebagai pusat
penyebaran ke tempat baru.
b. Varietas unggul : varietas yang telah dilepas oleh pemerintah, baik berupa
varietas baru maupun varietas lokal yang mempunyai kelebihan dalam potensi
hasil dan atau sifat-sifat lainnya
c. Kultivar primitif : semua varietas yang dibudidayakan secara langsung atau tidak berasal dari liar, merupakan kultivar yang pembudidayaannya masih sederhana, belum mengalami pemuliaan.
d. Galur-galur harapan : tanaman hasil budidaya yang
diharapkan akan jadi varietas yang akan dilepas oleh pemerintah.
e. Varietas lokal : varietas
yang telah ada dan dibudidayakan oleh petani dalam kurun waktu yang lama secara
terus menerus dan telah menjadi milik masyarakat serta dikuasai negara.
2.3.
Pengertian Plasma Nutfah
Plasmanutfah tanaman adalah keanekaragaman fenotipik
dan genetik yang dimilikioleh
setiap jenis (spesies) tanaman. Sastrapraja dan Rifai (1989) mendefinisikanplasma
nutfah sebagai seluruh kisaran keanekaragaman sifat didalam satu jenis tanaman
budidaya.Oleh karena merupakankumpulankeragaman genetik,maka plasma
nutfahmenjadi identik dengan sumberdayagenetik tanaman. Plasma nutfah adalah
bersifat spesifik spesies, artinyadalam membicarakan plasma nutfah harus
ditentukan spesies (jenis)tanamannya, seperti: plasma nutfah padi; plasma
nutfah ubijalar; plasmanutfah jagung; plasma nutfah cabe; plasma nutfah
kedelai, dan seterusnya.Plasma nutfah satu jenis tanaman tidak dapat
digabungkan dengan plasmanutfah jenis tanaman lain.
2.4.
Keragaman
Genetik
Padi
Indonesia mempunyai
keanekaragaman hayati padi yang besar. Indonesia layak diduga sebagai pusat
asal sekundur (secondary center of origin) spesies padi. Hal ini juga secara
empiris dibuktikan dengan
ditemukannya banyakspesies liar di Indonesia. Unsur-unsur plasma nutfah yang secara
umum digunakan untuk genetik
tanaman yaitu bentuk primitif tanaman budidaya dari genus yang sama, strain
liar dari habitat asli tanaman budidaya, varietas lokal,varietas lama yang tidak terpakai dan juga galur dari haslil pemuliaan yang tidak
memiilki nilai komersal, tetapi masih memilikigen yang berguna untuk program
pemuliaan, dan genetic stock.Setiap varietas padi mempunyai kesamaan berbagai
karakter, tetapi juga mempunyai perbedaan karakter yang khas. Adanya kesamaan
dan perbedaan itu sering digunakan untuk mengetahui hubungan keterabatan genetik dari varietas padi. Semakin banyak perbedaan
sifatnya maka semakin jauh hubungan keterabatan tanaman tersebut.
Pengelompokkan dasar untuk mengklasifkasikan varietas tanaman. Berdasarkan
perbedaan sifat morfologi tanaman padi dan wilayahadaptasi agroekosistemnya tanaman padi
dapat dibedakan menjadi tiga subspesies
yaitu subspesies
Indica, Japonica dan Japonica
atau Javanica.
2.5. Pemanfaatan
Plasma Nutfah Varietas Lokal dalam Perakitan Varietas Unggul Padi
varietas lokal adalah plasma nutfah yang asli
dari suatu lokasi tersebut dan telah di dibudidayakan secara turun- temurun
sehingga genotip dari varietas tersebut sudah beradaptasi dengan kondisi daerah
pengembanganya. Padi varietas
lokal
disini mempunyai keunggulan yaitu memiliki ketahanan terhadap hama penyakit, tahan akan cekaman abiotik, dan menghasilkan bulir padi yang
bagus. Maka, dari
itu varietas lokal yang mempunyai kelebihan harus dilestarikan sebagai sumber
daya genetik yang dapat digunakan dalam kegiatan pemuliaan.Dalam
membentuk populasi dasar yang memiliki keragaman sifat genetik yang merupakan
komponen utama dalam program pemuliaan tanaman. Plasma nutfah yang berupa
varietas lokal mempunyai sumber gen dalam membentuk suatu keragaman genetik.
Plasma nutfah dapat memperbaiki varietas yang dapat membantu meningkatkan
produksi petani.
Padi lokal memiliki sifat
spesifik umumnya memiliki hasil rendah, mudah rebah, umur dalam, dan kurangnya
respon dalam hal pemupukan. Oleh sebab itu, varietas lokal kurang bernilai
ekonomis dibandingkan varietas unggul. Sejumlah varietas lokal terindentifikasi
sebagai sumber gen, ketahanan terhadap penyakit dan hama, dan toleransi cekaman
lingkungan.Pemuliaan padi di Indonesia ada 40-an varietas lokal yang telah dimanfaatkan
sebagai tetua persilangan. Agroekosistem yang digunakan ada daerah persawahan,
dataran tinggi, gogo dan rawa. Persilangan yang menggunakan tetua varietas
lokal akan memerlukan waktu yang lebih lama, kemungkinan memerlukan silang
balik. Pemanfaatan plasma
nutfah yang memiliki gen unggul dapat mempermudah pemulia tanaman agar dapat menghasilkan varietas yang baru. Berdasarkan table dibawah ini menunjukkan beberapa varietas local padi yang telah digunakan sebagai tetua dalam perakitan varietas unggul.
Sedangkan
varietas padi lokal yang belum mengalami pemurnian berpenampilan tidak
seragam, karena populasinya heterogen homozigot. Varietas lokal seperti itu
memiliki genetik dengan sejumlah karakter yang berbeda sehingga penampilan
agronomisnya tidak seragam seperti varietaspadi modern. Dalam sistem budi daya
tanaman secara intensif, penggunaan varietas yang kurang murni tidak
dianjurkan, karena menyulitkan dalam pengelolaan tanaman dengan tepat. Oleh
karena itu, perlu diupayakan proses seleksi galur murni untuk mengekstrak
komponen pembentukan varietas lokal yang memiliki keseragaman umur
matang,kemampuan membentuk anakan, jumlah gabah per malai, dan fertilitas malai
yang tinggi, sehingga produktivitasnya dapat diperbaiki. Berdasarkan Sitaresmi,
Trias at al (2013) (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi)
terdapat 10 varietas lokal yang sudah dilakukan
proses pemurnian dan dilepas oleh pemerintah.
Berdasarkan gambar triangle diatas
dapat
dinyatakan
bahwa
keanekaragaman
hayati
sangatlah
penting
sebagai
sumber
penyedia gen yang nantinya
digunakan
oleh
para
pemulia
tanaman
untuk
melakukan
perakitan
varietas
unggul. Dalam
kegiatan
perbenihan
untuk
menghasilkan
benih
varietas
unggul
melibatkan
tiga
pelaku yang paling
berkepentingan yaitu :pengelola (kurator) plasma nutfah, peneliti
pemulia
tanaman
dan
pelaku
industry
perbenihan. Dimana
pengelola plasma nutfah
local
akan
menyediakan gen-gen unggul
yang dapat digunakan pemulia tanaman untuk merakit varietas unggul dengan persilangan, sehingga
nantinya
akan
menguntungkan
pada
perusahaan
atau
industry
benih
untuk
memasarkan
benih
varietas
unggul
sebagai
pengganti
varietas
lokal yang digunakan
oleh
para
petani.
2.6. Varietas
Lokal toleran lingkungan suboptimal
Varietas lokal yang sudah beradaptasi pada kondisi
lingkungan khususnyakondisi suboptimal memiliki kemampuan untuk hidup dalam
kondisi yang kurangdari kondisi optimal yang di butuhkan suatu tanaman seperti,
suhu yang rendah,Masalah kekeringan, kemasaman, dan kesuburan tanah yang rendah, tetapi padavarietas lokal padi ada
yang resisten terhadap sub optimal seperti varietas tejo dan mota. Ada juga beberapa macam varietas local padi yang resisten
terhadap sub optimal selain
tejo
dan
mota,
2.7. Varietas
Lokal Sebagai Sumber Gen Tahan Hama Dan Penyakit Utama
Varietas lokal yang
tahan hama dan penyakit menjadi informasi yang sangat bermanfaat bagi pemulia
untuk memperoleh varietas padi yang tahan. Informasi ini di peroleh dari respon
tanaman secara empiris berdasarkan hasil evaluasi. Koleksi varietas lokal yang
tahan hama dan penyakit d
Ø
Kelebihan
·
Sejumlah varietas lokal ada yang terindentifikasi sebagai
sumber gen, ketahanan terhadap penyakit dan hama, dan toleransi cekaman
lingkungan.
·
Plasma nutfah yang berupa varietas lokal
mempunyai sumber gen dalam membentuk suatu keragaman genetik.
Ø
Kelemahan
·
Persilangan
dalam program pemuliaan yang
menggunakan tetua varietas local akan memerlukan waktu seleksi yang lebih lama.
·
Varietas local memiliki
sifat spesifik umumnya memiliki hasil rendah, mudah rebah, umur dalam, dan
kurangnya respon dalam hal pemupukan.
·
Persentase
keberhasilan
persilangan
dan
keseragamannya
rendah.
·
Varietas
lokal kurang bernilai ekonomis.
III.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1)
Keanekaragaman hayati dapat digolongkan
menjadi tiga tingkat, yaitu
keanekaragaman
genetik, keanekaragaman
spesies
dan
keanekaragaman
ekosistem.
2)
Plasma
nutfah merupakan komponen dari keanekaragaman
hayati yang termasuk
keanekragaman
spesies, yaitu
keanekaragaman
fenotipik dan genetik yang
dimilikioleh setiap jenis (spesies) tanaman.
3)
Berdasarkan perbedaan sifat morfologi tanaman
padi dan wilayahadaptasi
agroekosistemnya keragaman padi dapat
dibedakan menjadi tiga subspesies
yaitu subspesies
Indica, Japonica dan Japonica
atau Javanica.
4)
Pemanfaatan plasma
nutfah yang memiliki gen unggul dapat mempermudah pemulia tanaman agar dapat menghasilkan varietas yang baru.
5)
Padi varietas lokal
mempunyai keunggulan yaitu memiliki ketahanan terhadap hama penyakit, tahan akan cekaman abiotik, dan menghasilkan bulir padi yang
bagus.
3.2. Saran
Sebaiknya plasma nutfahlokal yang mempunyai
potensi
tinggi
perlu
dilakukan
pelestarian yang tepat,
karenaketersediaan plasma nutfah yang banyak
dapat
meningkatkan
pilihan
dan
alternative
system
pertanian yang ramah
lingkungan, melalui
sifat
ketahanan
terhadap
hama
penyakit, toleransi
cekaman
abiotik
dan
adaptasi
pada
lingkungan sub-optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Zuraida, Nani dan
Sumarno.2007. Pengelolaan
Plasma Nutfah Secara Terpadu Menyertakan Industri Perbenihan. Balai
Besar Litbang
Bioteknologi dan
Sumber Daya
Genetik Pertanian.
Hairmansis, Aris dan Supartopo et al. 2015.Pemanfaatan
Plasma Nutfah Padi (Oryza sativa) untuk Perbaikan
Sifat Padi Gogo. Bandung: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Makarim, Abdul Karim. 2011. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi dalam Perspektif dan Sumbangannya terhadap Produksi dan Ketahanan Pangan. Bogor:
Pusat
Penelitian dan
Pengembangan Tanaman
Pangan.
Wijayanto, Teguh. 2013. Prospek Penerapan Bioteknologi
dalam Pemanfaatan dan Pengembangan Biodiversitas
Padi Lokal Sulawesi
Tenggara. Sulawesi: Universitas Halu Oleo.
Sitaresmi, Trias dan Rina H. Wening et al. 2013. Pemanfaatan Plasma Nutfah Padi Varietas Lokal dalam Perakitan
Varietas Unggul. Bogor: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Ho ho ho hoh ho.........
BalasHapus