KENIKIR
(Cosmos
caudatus Kunth)
Gambar
: Tanaman kenikir (Cosmos caudatus Kunth).
Kenikir (Cosmos caudatus Kunth) merupakan tanaman sayuran
yang tergolong indigenous. Kenikir
memiliki potensi yang tinggi serta dijadikan sayuran sebagai pengganti
sayuran komersial dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi manusia. Karena bersifat
indigenous sayuran ini hanya
dibudidayakan dalam skala yang kecil dan bersifat lokal. Tanaman kenikir
biasanya ditanam disekitar pekarangan rumah dan kebun. Hal ini karena tanaman
kenikir hanya di konsumsi masyarakat sebagi sayuran matan dan sayuran mentah
atau lalapan keluarga
(Susila, 2012).
Kenikir adalah tanaman tahunan yang
berbatang pipa dengan garis-garis yang membujur. Tingginya dapat mencapai 1 m
dan daunnya bertangkai panjang. Duduk daunnya saling berhadapan, sehingga
berbagi menyirip menjadi 2-3 tangkai. Baunya seperti damar apabila diremas.
Bunganya tersusun pada tongkol yang banyak terdapat pada ketiak daun teratas,
berwarna oranye berbintik kuning, bijinya berbentuk paruh (Sastrapradja dkk, 1981).
Kenikir merupakan tanaman musiman dan
tahunan, yang memiliki batang tegak berwarna hijau kecoklatan dengan tinggi
mencapai 3 m. Batang keningkir bercabang, beralur dan berbentuk segi empat
serta bekas tangkai daun atau nodus terlihat sangat jelas. Daun keningkir
majemuk, berwarna hijau dengan bentuk saling berhadapan, bentuknya menyirip,
tepi rata, permukaan daun atas berwarna lebih hijau dan terang dibandingkan
permukaan bawah. Selain warna yang kurang terang permukaan bawah agak berbulu.
Bunga tanaman kenikir terletak du ujung tangkai atau cabang batang. Panjang
tangkai bunganya sekitar 5-30 cm. Mahkota bunga terdiri atas 8 helai dengan
panjang 1,5-2 cm dan berwarna kuning. Benih kenikir berwarna coklat kehitaman
dan dan berbentuk seperti jarum dengan ujung berambut. Bunga kenikir termasuk
bunga majemuk dimana setiap tangkai bunga
ada lebih dari satu bunga namun pada
satu cabang berbunga banyak (Van De Bergh, 1994).
Tanaman kenikir berkembangbiak atau di
perbanyak menggunakan biji. Biji kenikir cukup keras. Saat masih muda berwarna
hikau namun saat tua berwarna coklat. Panjangnya kurang lebih 1 cm. Perbanyakan
di awali dengan semai biji, setelah
tumbuh sampai kurang lebih 3 minggu
setelah semai baru dilakukan pemindahan ke lapang. Pengaturan drainase dan
irigasi yang memadahi membatu pertumbuhan tanaman kenikir secara optimal.
Kondisi tanah yang terlalu lembah dapat memicu munculnya cendawan yang
mengganggu pertumbuhan kenikir. Sehingga diperikan tanah atau lahan yang tidak
terlalu lembah (Hakim, 2015).
I.
KLASIFIKASI
Gambar: Tanaman kenikir
Adapun klasifikasi
tanaman kenikir sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Asteraceae
Genus : Cosmos
Spesies : Cosmos caudatus
Nama
binomial: Cosmos
caudatus Kunth (Tjitrosoepomo,
1987).
II.
Morfologi
Tubuh tanaman kenikir tersusun atas organ akar, batang, daun,
bunga, dan biji. Karakteristik morfologi
tanaman kacang tanah sebagai berikut :
a. Akar
Tanaman kenikir berakar tunggang (Radix primaria) berwarna putih, dengan akar cabang (Radix lateralis) tumbuh tegak luas pada
akar tunggang tersebut. Akar cabang ada yang mati dan ada yang jadi akar
permanen yang berfungsi menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah.
b. Batang
Batang tanaman kenikir berkayu dan
berbentuk segi empat. Batangnya tumbuh tegak, beralur membujur,
bercabang banyak. Tinggi batang rata-rata sekitar 1-3 m bergantung daerah dan kondisi
lingkungan. Bagian batang bawah berwana coklat merupakan tempat menempelnya
perakaran tanaman. Batang atas berwana hijau pecabangan, dan sebagai tempat menempelnya daun. Cabang tanaman kenikir ada
dua yaitu cabang primer dan cabang skunder.
c. Daun
Daun terletak berpasangan (majemuk),
bersilang berhadapan, berbagi menyirip, ujung runcing, tepi rata, panjang
mencapai 15-20. Daun muda berwarna hijau, setelah tua menjadi hijau tua.
d. Bunga
Bunga tanaman kenikir majemuk,
berbentuk
bongkol tempatnya di ujung batang, tangkai bunga mencapai kurang lebih 25 cm,
berwarna kuning dan mahkota terdiri atas 8 helaian, benang sari berbentuk tabung,
kepala sari berwarna coklat kehitaman,
putik
berambut.
e. Biji
Biji kenikir berbentuk jarum,
terbungkus kulit biji yang keras berwarna coklat, ujung berambut. Biji juga
merupakan alat perbanyakan. Biji berukuran kecil dengan panjang 1 cm (Hakim, 2015).
III.
Penyebaran
Kenikir
merupakan tanaman asli dari daerah tropis Amerika Latin dan Amerika Tengah,
tetapi tumbuh liar di Florida, Amerika Serikat yang kemudian dibawa oleh orang
Spanyol ke Filipina. Di Filipina kenikir dikenal dengan nama cosmos, sedangkan di Thailand kenikir dikenal
dengan dauroang-phama.
Dalam bahasa melayu dikenal dengan nama ulam raja, di Malaysia dikenal denga
nama pelampong sedangkan di Jawa Tengah diberi nama kenikir. Di Indonesia
sendiri tanaman kenikir sudah menyebar ke beberapa pulau seperti Jawa, Sumatera, Sulawesi,
Kalimantan, Ambon, Nusa Tenggara,dan Papua. Selain di Indonesia penyebaran kenikir hampir
diseluruh Asia Tenggara, Cina dan Afrika.. Van de bergh mengungkapkan bahwa
tanaman keningkir mampu hidup di dataran rendah dengan sinar matahari penuh
maupun di daerah
dataran tinggi yang mencapai 1.600 m
dpl (Van De Bergh,1994).
IV.
Budidaya
Perbanyakan
tanamana kenikir biasnya dilakukan dengan menggunakan biji. Benih kenikir disemai
pada media semai. Media yang digunakan adalah kompos dan tanah dengan
perbandingan 1:1. Pembibitan dilakukan selama 3-4 minggu sampai kondisi tanaman
tersebut siap dipindah ke lahan atau lapang. Saat pembibitan monitoring sangat
di utamakan, karena jika bibit yang akan
ditanam rusak tentunya akan mempengaruhi proses pertumbuhan paska pembibitan. Dalam pembibitan jangan terlalu
lembah dan jangan terlalu kering
(Pambayun, 2008).
Tahap
selanjutnya yaitu penanan, bibit yang sudah berumur 3-4 minggu ditanam dilahan
dengan kerapatan yang telah ditentukan. Jarak tanam berbeda-beda yaitu 50 cm ×
10 cm, 50 cm × 13,3 cm, 50 cm × 20 cm, 50 cm × 40 cm. Pada awal penanaman perlu dilakukan pemupukan. Pupuk yang
digunakan harus mengandung kebutuhan terutama kandungan NPK.
Kegiatan
pemeliharaan dilakaukan yang dilakukan meliputi:
1. Penyulaman
dilakukan satu munggu setelah tanam.
2. Pengairan dilakukan sesuai kebutuhan tanaman dan tergantung
tempat penanam. Jika lahan terlalu kering biasa dilakukan setiap hari.
3. Penyiangan
terhadap gulma yang tumbuh di sekitar tanaman, untuk penyiangan dilakukan 1
minggu sekali.
4. Pengendalian
terhadap hama serta penyakit dilakukan secara mekanik, dan kimia.
Tahapan
terakhir yaitu panen, panen dilakukan pada daun yang telah siap di konsumsi,
umumnya daun yang di panen adalah daun muda, ada pula yang memanen dengan
memotong pucuk tanaman. Panen kenikir pertama kali dilakukan ketiaka tanaman berumur
6 MST. Panen berikutnya dilakukan
setiap minggu. Kualitas
panen optimal hanya selama 3 kali panen. Setelah 3 kali panen hasil akan
mengalami penurunan, karena kenikir memiliki umur yang relatif pendek ( Van Den
Bergh, 1994).
V.
Bagian yang Konsumsi
Pada
tanaman kenikir ini yang dikonsumsi hanya daunya saja. Biasa dikonsumsi secara mentah atau
lebih sering dikenal sabagai
lalapan. Selain itu ada pula yang dikonsumsi secara matang (Sulisa, 2012).
VI.
Manfaat
Penelitian
menunjukan daun kenikir mengandung
senyawa antioksida yang cukup tinggi, senyawa tersebut mampu memacu proses
apoptosis dimana kegunaan pemacu apoptosis untuk menghambat karsinogenesis.
Daun kenikir setelah di ekstrak mengandung dua senyawa yang bermanfaat yaitu
senyawa flavonoid dan glikosida kuersetin. Yang ke duanya mampu mematikan sel
kanker payudara (sel T47D) melalui mekanisme apoptosis. Secara tradisional
tanaman kenikir (khususnya daunya) digunakan sebaga obat penambah nafsu makan,
lemah lambung, penguat tulang dan pengusir serangga (Abas et al 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Hakim,M.
R. A. dan M. Rahmad
suhartono. 2015. Penentuan
Masak Fisiologis dan Ketahanan Benih Kenikir (Cosmos caudatus Kunth) terhadap Desikasi. J. Horrr. Indonesia
6(2):84-90.
Pambayun,
R. 2008. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Produksi Beberapa Sayuran Indigenous. IPB. Bogor.
Sastrapradja, S., Lubis, S. H. A., Djajasukma, E.,
Soetarno, H., Lubis, S. 1981. Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi
Sayur-Sayuran. Balai Pustaka. Jakarta.
Susila, A. D., M. Syukur, Heni P., E. Gunawan. 2012.
Koleksi dan Idetfikasi Tanaman Sayuran Indigenous.
J. PHKT. IPB. Bogor.
Tjitrosoepomo, G. 1987.
Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.