CERMAI
(Phyllanthus acidus (L.) Skeel)
Gambar : Cermai atau cerme (Phyllanthus acidus (L.) Skeel)
Cermai atau cerme (Phyllanthus acidus (L.) Skeel) merupakan
tanaman perdu yang memiliki tinggi mencapai 9 m.
Pohon cermai memiliki bentuk seperti
tanaman belimbing wuluh. Tanaman ini memiliki tingkat percabangan yang rendah.
Cermai termasuk
tanaman dikotil karena memiliki akar tunggang, tulang daun menyirip. Bunga-bunganya
berkelamin ganda ada yang berkelamin tunggal, berbilang 4. Buahnya bulat dengan
6-8 rusuk, berwarna kuning keputuhan. Daging buahnya masam dan banyak
mengandung air. Dalam satu buah terdapat 4-6 butir biji, yang mana biji ini
digunakan sebagai benih
(Koko, 2015).
Buah cermai sering dimakan segar
dengan dicampur gula, garam atau dirujak. Cermai juga kerap dibuat manisan, direbus (disetup) atau
dibuat minuman penyegar. Daun mudanya digunakan sebagai lalapan. Bahan
penyamak juga dihasilkan dari kulit akarnya. Pohon cermai kerap ditanam sebagai
peneduh atau penghias halaman dan taman. Pohon ini dapat tumbuh di daerah
tropis dan subtropis, menyukai tempat yang lembap sampai ketinggian sekitar
1.000m dpl. Cermai
dapat dibiakkan melalui biji atau stek (Nofita, 2014).
I.
Klasifikasi
Gambar : Tanaman cermai
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angeospermae
Kelas : Dikotyledoneae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Phyllanthus
Jenis : Phyllanthus acidus (L.) Skeel
Dalam
bahasa Indonesia cermai, ma-yom (Thailand),
cermai dalam melayu, dan
dalam bahasa asing di kenal dengan nama otaheite
gooseberry (Verheij, 1997).
II.
Morfologi
1. Akar
Memiliki akar tunggang
sehingga dapat diketahui bahwa tanaman ini merupakan tanaman dikotil.
2. Batang
Tanaman cermai memiliki
batang yang tinggi mencapai 9 m.
Batang tegak, bulat serta berkayu. Batangnya mudah sekali patah, permukanya
kasar, percabangan
monodial, warna batang tanaman cermai coklat.
3. Daun
Tanaman cermai berdaun majemuk, berbentuk lonjong, berseling,
tepi daunya rata, panjang mencapai 5-6
cm
dan lebar 2-3 cm.
Bertulang daun menyirip, ujung daunya runcing, pangkal tumpul, berwarma hijau
muda.
4. Bunga
Bunga tanaman cermai majemuk, berbentuk bulat, tangkai
bunga menepel pada ranting pohon dan silinders, panjang bunganya kurang lebih 1 cm. Bunga cermai berwarna hijau muda, kelopak
berbentuk bintang halus, mahkota berwarna hijau muda.
5. Buah
Buah berbentuk bulat,
permukn tidak rata (berlekuk-lekuk), warna buahnya kuning keputih-putihan.
6. Biji
Biji bulat pipih,
berwarna coklat muda (Hutapea, 1994).
III.
Penyebaran
Tanaman
cermai berasal dari Madangaskar,
yang kini telas menyebar ke berbagai wilayah tropis seperti Vietnam Selatan,
Laos, Indinesia, Malaysia, dan dikepulauan-kepulauan misalnya kepulauan Mauritius,
Reonion, dan Rodrigues di Samudera Hindia, serta di Guama dan Hawaii dan kepulauan Samudera
Pasifik. Sejak tahun 1973 tanaman ini mulai masuk di Benua Amerika. Tanaman ini
dibawa ke Jamaika dari Timor. Selanjutnya menyebar di daerah Karibia hingga
masuk ke Amerika Tengah dan Amerika Latin
(Verheij, 1997).
IV.
Budidaya
Cermai berkerabat dekat dengan pohon malaka (Phyllanthus emblica) dan meniran (Phyllanthus niruri), keduanya adalah tumbuhan yang berkhasiat obat. Biji cermai digunakan sebagai benih perbanyakan. Sebelum dilakukan penanaman sebaiknya benih di semai dalam pot kemudian setelah dewas bisa di pindah. Benih cermai akan tumbuh sekitar 1-2 minggu setelah tanam. Kemudian di pindah ke dalam pot atau media tanam. Belum genap satu bulan di tanam di pot, pohon segera memunculkan bunga-bunga yang semarak. Terkadang di ujung-ujung tangkai daun majemuknya tumbuh bunga dan juga pentil-pentil hijau yang berukuran kecil. Sekitar 9 bulan telah berbuah sebanyak 3 kali. Biasanya bunga-bunga akan bermunculan kembali berselang sekitar 2 minggu setelah buah habis dipanen.
Gambar : Tanaman cermai dalam pot.
Bunga-bunga cermai akan segera menjadi pentil buah berwarna hijau muda
berselang sekitar satu sampai 2 minggu kemudian. Buah-buah kecil bergerombol
sangat banyak, bahkan terkadang sampai menyentuh dasar media pada pot. Buah
yang telah masak berubah warna menjadi kuning cerah. Cermai memang bukan buah
komersial. Dengan sedikit kandungan rasa manis di daging buahnya, ditambah rasa
sedikit kecut dan sepet tentu tidak mudah menandingi buah-buah komersial lain
seperti strawberry, cherry, kelengkeng dan
sebagainya (Verheij, 1997).
V.
Syarat tumbuh
Karakter
pohon cermai yang gampang tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan
ketinggian sampai 2000 m dpl, mudah
perawatan, dan terus-menerus berbuah.
VI.
Manfaat
Daun,
kulit batang, dan kayu mengandung saponin, flavonoid, tanin, dan polifenol.
Akar mengandung saponin, asam galus, zat samak, dan zat beracun (toksik). Buah
mengandung vitamin C. Daun berkhasiat sebagai peluruh dahak, pencahar
(purgatif), mual, kanker, dan sariawan. Kulit berkhasiat mengatasi penyakit
asma dan sakit kulit. Kulit akar dan buah berkhasiat sebagai pencahar. Biji
untuk mengobati sembelit dan mual. Di Thailand, akar tanaman dimanfaatkan
sebagai rehabilitasi dari seseorang yang kecanduan alkohol. Pengobatan ini
sangat efektif, namun ternyata menimbulkan efek samping kronis yang cukup
serius (Cookson, 2004).
Vongvanich et al
(2000) melaporkan penemuan senyawa glikosida
Norbisabolane yaitu Phyllanthusols A and B yang bersifat sitotoksik terhadap BC
dan KB cell lines. Phyllanthusols A (1) dan B (2) menunjukkan sitotoksisitas
terhadap BC (EC50 pada 4.2 dan 4.0 μg/mL untuk 1 dan 2, masing-msaing) dan KB (EC50
pada 14.6 dan 8.9 μg/mL untuk 1 dan 2, respectively) cell lines, sedangkan
aglikon 3 dan sakarida 4 tidak menunjukkan efek toksik. Senyawa ini ada dalam
tanaman dengan karadar yang cuku p tinggi (ca. 1 mg/g berat basah) dan
senyawa sitotoksik glikosida norbisabolane g 1 pada akar P. acidus, yang
mungkin bertanggung jawab terhadap penyakit kronis ketika sesorang meminum
ektrak akar tanaman ini. Selain itu menarik sebagai penghias halaman di
perkotaan. Sekaligus memberikan nutrisi sehat bagi seluruh keluarga (Dalimartha, 1999).
DAFTAR PUSTAKA
Cookson, W. 2004. The
Immunogenetic Of Asma And Eczema: A New Focus On The Ephitelium. Nature Reviews
Immunology. Vol. 4 No. 12: 978-988.
Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Trubus
Agriwidya. Jakarta.
Koko, M. 2015. Cermai. http://mangkoko.com/kebun_organik/cereme-manis. (Online). Diakses tanggal 19 April 2017.
Nofianti, T. dan Hidayati, N. 2014. Aktivitas Laksatif Infusa Daun
Cermai (Phyllanthus acidus (L.) Skeel) pada Mencit. J. vol 11. Tasikmalaya.
Verheij, E.W.M. dan
Coronel,
R.E. (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati
Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia.
Jakarta. ISBN 979-511-672-2.
http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=16. (Online). Diakses tanggal 19 April 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar